Tuesday, August 26, 2008

Balai Sabo: Pusat Litbang Sumber Daya Air, Badan Litbang Departemen Pekerjaan Umum


PROFIL

Balai Sabuo adalah unit pelaksana dalam bidang penelitian dan pengembangab TEKNOSABO berda dibawah dan bertanggung jawab kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air Badan Litbang PU Departeman Pekerjaan Umum.

VISI

Menjadikan Balai Sabo sebagai pusat rujukan (scientific backbone) dan Pusat Informasi bidang Teknologi Sabo dan penanggulangan bencana alam sediment di Indonesia.

MISI

  • Meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan litbang dalam teknologi Sabo dan penanggulangan bencana alam sedimen
  • Meningkatkan kegiatan penyebarluasan hasil dan penerapan hasil litbang teknologi Sabo dan penanggulangan bencana alam sedimen.
  • Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia daerah teknologi Sabo dan penanggulangan bencana alam sedimen di Indonesia melalui pendidikan dan pelatihan.
  • Meningkatkan bimbingan teknis kepada unit Sabo diwilayah bencana alam sedimen di Indonesia.
  • Meningkatkan kerja sama ilmiah dengan instansi terkait masalah penanggulangan bencana alam sedimen.

TUGAS POKOK

Melaksanakan layanan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengaplikasian teknologi, teknologi SABO.pengujian dan penyiaopan saran teknis (engineering advice) untuk penanggulangan bencana alam akibat gerakan masa debris.

FUNGSI

  • Pengumpulan, pengolahan dan penyajian data Sabo.
  • Pelitian dan pengembangan serta pengujian di laboratorium dan lapangan.
  • Penyusunan program pelayanan teknis penelitian dan pengembangan.
  • Pemberian saran teknis dan perekayasaan serta penunjangan ilmiah bidang Teknosabo.
  • Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

STRUKTUR ORGANISASI

JARINGAN INFORMASI SABO DI IMDONESIA

TEKNOSABO

Teknologi Sabo dimaksudkan untuk mengendalikan masa debris yang membahayakan guna menciptakan rasa aman terhadap jiwa manusia, harta benda dan infrastruktu lain, mengurangi sedimen yang masuk kedalam suatu waduk, melindungi bangunan irigasi dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain, sebagai bangunan multiguna.

Pengertian Sabo ( bahasa Jepang)

Sa = pasir ( sand )

bo = pengendalian ( prevenyion )

Teknosabo + Teknik untuk mengendalikan gerakan masa debris agar tidak membahayakan


SEJARAH SABO DI INDONESIA

Teknologi Sabo dirintis sejak jaman Belanda dengan membuat bangunan Sabo berupa kantong lahar di K.Woro (Woro Driehoek ) sekitar tahun 1930 an akibat letusan besar gunung Merapi pada tahun 1931. Pada awal perkembangannya, dibuat tanggul didaerah hilir guna melindungi jiwa penduduk dan hatanya dari dari bencana lahar hujan. Pada saat itu masih belum terpikirkan pengendalian sedimen di daerah hilir, material sedimen hasil erosi di hulu seluruhnya nyaris terakumulasi di hilir.

Hampir setiap tahun, dasar sungai terus-menerus naik, yang diikuti pula dengan peninggian tanggul guna mencegah limpasan. Dasar sungai menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan permukaan tanah disekitarnya (ceiling river). Apabila terjadi kegagakan tanggul, muka air berikut sedimen yang terakumulasi dengan segera mengalir dan menimbun daerah yang lebih rendah disekitarnya. Berturut-turut Indonesia mengalami bencana letusan gunungapi yang terjadi di G.Agung Bali pada tahun 1963, G,Kelut Kediri (1966), G,Merapi Yogyakarta (1969), G.Semeru Lomajang (1977) dan H.Galunggung Tasikmalaya (1982) dan lain-lain. Letusan gunungapi tersebut mengakibatkan ratusan penduduk meninggal, sawah desa, bangunan sarana dan prasarana rusak berat.

Pada tahun 1970 pemerintah Indonesia menjalin kerjasama dengan pemerintah Jepang dalam upaya menanggulangi bencana alam akibat gunungapi.Sejak saat itu dimulailah pembangunan fasilitar Sabo dibagian hulu sungai dengan tujuan utama mengendalikan sedimen yang mengalir ke daerah hilir. Hasil dari kerjasama tersebut diantaranya : kedatangan berbagai tenaga ahli Jepang ke Indonesia, bantuan peralatan, pendidikan tenaga ahli Indonesia ke Jepang, penyelenggaraan pendidikan teknisi di Indonesia. Selain itu telah dibangun berbagai fasilitas Sabo yang tersebar di kawasan gunungapi di Indonesia terutama di pulau Jawa. Hingga saat ini kerjasama tersebut masih tetap terselenggara mengingat pengembangan teknologi Sabo senantiasa diperlukan guna meminimalkan kerugian yang timbul akibat bencana aliran sedimen.


LAYANAN

Balai Sabo mempunyai fungsi untuk melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang Teknosabo yang meliputi yeknik pengendalian sedimen, lahar dan debris serta pengendalian tanah longsor (landslides and slopefailuses).

.Layanan Libang ditujukan untuk memberikan advis teknis dibidang tersebut melalui kegiatan survei, penyelidikanm pengkajian, modelisasi fisik serta perencanaan prasarana Sabo.

Balai ini dilengkapi dengan laboratorium dalam ruangan (indoor laboratory) dan luar ruangan (outdoor laboratory) serta didukung oleh tenaga yang profesional


HUBUNGI KAMI

BALAI SABO

Sopalan, Depok, Maguwoharjo, Yogyakarta, INDONESIA

Phone : (0274) 886350 (0274) 666351

Fax : (0274) 885341

Monday, August 25, 2008

Pendidikan Lingkungan


Lingkungan Sekitar Kita

Ada sebuah sungai di dekat rumah saya. Kecil, tidak lebih 3 meter lebar airnya. Meski dimusim kemarau panjang, air tetap ada mengalir. Jernih meskipun tidak jernih sekali. Lembahnya yaitu tanah diantara tebing kanan dan kiri cukup lebar. Ada yang sampai 30 meter. Dibeberapa tempat dimanfaatkan oleh masyarakan untuk kolam ikan. Tapi manfaat utama memang untuk irigasi sawah.Buktinta ya memang ada beberapa bangunan bendung kecil meski sebagian sudah rusak karena tidak dirawat.

Saya sering jalan jalan pagi menelusuri meski sepenggal sepenggal. Meskipun letaknya dekat dengan kota Yogya tapi lingkungan sekitarnya masih asli dan asri, tidak seperti kali Code dan kali Gajahwong yang kumuh itu. Dalam benak saya, alangkah manisnya bila pemerintah memanfaatkannya sebagai ”Sungai Pendidikan”. Dibangun beberapa sarana agar airnya tetap terjaga kualitas dan kuantitasnya. Dibangun sarana rekreasi seperti jogging track, taman taman, olah raga air, wisata sungai dan lain-lain.

Letak sungai yang tidak jauh dari kota, disekitarnya ada banyak lembaga pendidikan (UGM, Atmajaya, Sanata Darma, UII. Balai Sabo). Dilewati jalan utama Yogya-Solo, dekat Bandara Adi Sucipto. yang sekarang merupakan satu satunya bandara di Indonesia yang terpadu dengan pemberhentian kereta api dan bus Trans Jogja. Mengapa kita harus bersusah payah selalu saja memperbaiki sungai yang rusak. Biaya perbaikan sungai itu besar sekali, ber triliyun-triliyun Padahal kalau saja masyarakat sadar bahwa sungai adalah miliknya yang harus dijaga dan dipelihara, maka ada keyakinan saya kerusakan sungai akan dapat dikurangi menjadi minimal. Mudah mudahan dengan melihat contoh sungai yang terpelihara dengan baik timbul kesadaran masyarakat seperti yang diharapkan bersama.

Sungai yang terpelihara dengan baik

Kantor Balai SABO

Dimulai dengan yang kecil-kecil

Saya sering mendengar kampanye sungai bersih. Sudah berjalan cukup lama. Kalau tidak salah ingat sudah dimulai sejak tahun 1985-an. Hasilnya ada memang, tapi sangat kecil bila dibandingkan dengan biaya yang telah dikeluarkan. Sangat tidak memadailah. Ada kampanye untuk kali Brantas di Jawa Timur, kali Surabaya dan kali Mas di kota Surabaya. Bengawan Solo, Ciliwung di Jakarta, Citarum di Bandung, kali Code di Yogyakarta dan masih banyak lagi. Berapa ratus miliar saja. Sayang tidak ada yang menghitung secara teliti.

Lalu bagaimana kalau mulai saja dengan yang kecil-kecil sajalah. Contoh yang nyata dan dapat dinikmati masyarakat secara langsung, adalah sangat baik. Mereka akan cepat menyadari perlunya berperan aktif memelihara dan menjaga sungai di daerah masing-masing. Mereka tentu sangat ingin sungai-sungai di daerahnya bermanfaat nyata seperti yang pernah mereka lihat dan nikmati.

Menjaring pengunjung masuk ke areal lokasi ”Pendidikan Lingkungan” amatlah mudah, mengingat lokasinya yang amat mudah dicapai seprti saya uraikan pada posting saya yang lalu.. Apalagi wisata pelajar / mahasiswa amat banyak. Lewat lokasi ini. Dan mereka kan calon pemimpin masa mendatang.

Biaya untuk merealisasikannya juga relatip kecil. Sungainya kecil, tiidak lebar dan tidak panjang. Mata airnya jauh dari lokasi puncak gunung Merapi yang merupakan sumber bencana. Daerah kanan kiri sungai/bantaran masih sedikit dimanfaatkan untuk tempat tinggal. Jadi biaya pembebasan tanah tidak akan besar. Meskipun kecil tapi manfaatnya sangat nesar. Adanya lembaga-lembaga pendidikan disekitarnya, ini tentu akan sangat bermanfaat bagi mahasiswa maupun dosen dosen, sebagai laboratorium lapangan .Sedadangkan Balai Sabo dapat memberikan saran saran teknis, atau bahkan akan sharing untuk realisasi.

Saya membayangkan sungai kecil ini akan menjadi sungai yang penuh dengan air yang jernih. Juga ada beberapa bangunan teknis yang ”mini” seperti bendungan, PLTA (?), bangunan irigasi, sabo dam. Lantas wisatawan dapat melayari sungai dengan perahu kecil, sambil melihat bangunan teknis teknis tersebut. Lbih lengkap lagi bila perahu dilewatkan pintu pelayaran seperti yang ada di terusan Panama meski dalam bentuk kecil. Semoga !


Wisata air

pintu pelayaran (navigation locks)